Salam Message


Kamis, 15 November 2012

[OPINI] Koruptor; Penjajah Masa Kini


Oleh: Ahmad Zainal Musthofah*
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” 
(Bung Karno)

Agaknya hal inilah yang saat ini mendera bangsa Indonesia. Bukan musuh dari luar melainkan bangsa Indonesia itu sendiri yang menjadi musuh untuk satu sama lain.  
Memasuki bulan November, aura kebangsaan dan kepahlawanan sudah sangat terasa di Indonesia. Itu disebabkan karena setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Pada tanggal itu, pemerintah dan instansi-instansi terkait di dalamnya akan menyelenggarakan upacara dan mengheningkan cipta sejenak untuk mengenang pengabdian para pahlawan yang berperang bertaruh nyawa untuk kemerdekaan Indonesia. Ditetapkannya tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan, karena pada tanggal tersebut para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan tentara penjajah di Surabaya.

Pertempuran ini merupakan simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap penjajah. Kini zaman penjajahan telah berlalu. Bangsa Indonesia telah merdeka dari jeratan agresor bangsa asing. Namun harus diakui dengan jujur bahwa bangsa ini pada hakikatnya belum sepenuhnya merdeka. Hal ini mengingat banyaknya problematika yang sangat pelik yang melilit dan menjajah bangsa ini, mulai dari kemiskinan hingga tindakan korupsi yang tak kunjung henti. Bangsa ini masih dijajah oleh para koruptor yang sesungguhnya adalah “putra-putri” bangsa ini.

Koruptor adalah musuh nyata (penjajah) bagi bangsa Indonesia. Para koruptor yang dijuluki “tikus berdasi” masih tetap menggerogoti bangsa ini. Para koruptor tumbuh subur, patah tumbuh hilang berganti di berbagai lembaga, mulai dari centra kekuasaan negara seperti eksekutif, legislatif dan yudikatif hingga tingkat kelurahan, bahkan sampai tingkat RT sekalipun. Koruptor telah ada sejak negeri ini merdeka, mulai dari Orde Lama, Orde Baru hingga masa Reformasi. Bahkan yang sangat memperihatinkan adalah di masa reformasi ini para koruptor malah semakin mengganas dan kronis.
Pada tahun 2010 tercatat ada tiga kasus besar yang menonjol ketika itu, yakni pemberian dana talangan Rp. 6,7 triliun untuk Bank Century, mafia pajak yang melibatkan mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Gayus Tambunan, dan pembagian cek perjalanan saat pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia tahun 2004. Para koruptor muncul silih-berganti dan semakin mengganas bahkan bertambah banyak setiap tahunnya. Sampai pada tahun 2012 ini, kita dihebohkan oleh kasus korupsi wisma atlet, proyek hambalang dan kasus simulator SIM Korlantas Polri.
Tindakan korupsi telah memusnahkan harapan dan impian berjuta anak bangsa di negerinya sendiri. Akses pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat mengerdil akibat terampasnya hak-hak  mereka oleh ulah saudara sebangsa setanah airnya sendiri. Perjuangan melawan korupsi ini menjadi lebih berat karena yang akan dihadapi adalah “putra-putri” bangsa ini. Tindakan korupsi yang terjadi di negeri ini membutuhkan perjuangan anak bangsa. Perjuangan yang takkan pernah berhenti selama hayat masih dikandung badan. Generasi bangsa saat ini harus berjuang sebagaimana para pahlawan bangsa ini telah berjuang. Apapun posisi kita di negeri ini tetap berperan penting dalam berjuang melawan tindakan korupsi di Indonesia.
Setiap zaman memang selalu menghadirkan tantangan yang berbeda pula. Zaman kita saat ini tidaklah sama dengan zaman sebelum kemerdekaan. Ketika negara ini sudah merdeka secara de facto dan de jure sejak tahun 1945 yang lalu, apakah negara ini tidak menciptakan bibit-bibit pahlawan baru? Jika dulu para pendahulu kita menjadi pahlawan karena merebut kemerdekaan, maka kini kita harus menjadi pahlawan dalam pemberantasan korupsi. Walau dalam konteks berbeda, namun memiliki cita-cita mulia nan luhur yakni untuk membangun negeri yang bernama Indonesia, seperti tema peringatan Hari Pahlawan pada tahun 2012 ini “Semangat Kepahlawanan Untuk Indonesia Sejahtera”. Karenanya, sebutan pahlawan pantas diperuntukkan bagi setiap orang yang berperang melawan korupsi. Dengan pemahaman ini, kiranya gelar “pahlawan” dapat disandang oleh setiap anak negeri yang telah berjuang memberantas tindakan korupsi yang telah mengakar dan menjalar di negeri ini.
Dalam hal ini, setiap anak bangsa harus giat melakukan gerakan-gerakan anti korupsi dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar, karena setiap anak bangsa bertanggungjawab dalam mengajak pada kebaikan dan melarang berbuat keburukan. Tentunya perjuangan melawan korupsi ini dilakukan sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Bagi pemimpin dan penegak hukum, berkewajiban menegakkan keadilan, jangan hanya bergairah ketika mengadili anak negeri yang dituduh mencuri sandal jepit dan lemah tak berdaya ketika mengusut dan mengadili kasus korupsi besar seperti kasus Bank Century, Wisma Atlet, proyek Hambalang, serta beberapa kasus korupsi besar lainnya.
Kita berharap peringatan Hari Pahlawan tahun 2012 ini tidak hanya menjadi upacara seremonial dengan pelaksaan Hening Cipta yang hampa makna belaka. Mudah-mudahan melalui peringatan Hari Pahlawan ini, semangat dan jiwa perjuangan para pejuang bangsa ketika melawan penjajah dapat mengalir dalam darah anak bangsa dalam memerangi tindakan korupsi. Sehingga akan lahir para pahlawan baru yang siap berkorban jiwa dan raga demi terciptanya cita-cita luhur, Indonesia bebas korupsi. Merdeka. Semoga. Wallahu A’lam.
Selamat menghayati Hari Pahlawan, para putra-putri bangsa!
*Santri PP. Manba’ul Hikam Sidoarjo dan anggota KOPPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar