Alm. KH. M. KHOZIN MANSHUR -rohimahullahu- (1912M/1331H-2009M/1430H) |
kini nian senja.
Resah membaur tepian lembar sukma.
Sekilas duka,
lara melanda pesantren tercinta.
Butir-butir luka
dalam selimut dzurriyyahmu.
Lihatlah kini,
Manba’ul Hikam,
semenjak kau tinggalkan.
Kami seakan kehilangan arah.
Redup sudah cahaya itu.
Manba’ul Hikam,
semenjak kau tinggalkan.
Kami seakan kehilangan arah.
Redup sudah cahaya itu.
Dan di langit;
para tekhnokrat berkata:
para tekhnokrat berkata:
bahwa Manba’ul Hikam
kita adalah surut,
bahwa Manba’ul Hikam mesti dibangun;
mesti di-up-grade,
disesuaikan dengan teknologi masa kini.
bahwa Manba’ul Hikam mesti dibangun;
mesti di-up-grade,
disesuaikan dengan teknologi masa kini.
Sungguh Abah,
Khozin tercinta.
Setelah kau putuskan pergi,
tinggalkan kami semua,
santri Manba’ul Hikam.
Khozin tercinta.
Setelah kau putuskan pergi,
tinggalkan kami semua,
santri Manba’ul Hikam.
Kami kehilangan sosok seorang ayah.
juga sosok pemimpin tegas dan berwibawa.
Suka rela berkorban,
tanpa pengharapan jasa.
Selain harapan generasi muslim masa depan,
terbebas dari belenggu kejahiliyyahan.
juga sosok pemimpin tegas dan berwibawa.
Suka rela berkorban,
tanpa pengharapan jasa.
Selain harapan generasi muslim masa depan,
terbebas dari belenggu kejahiliyyahan.
Gemercik
air terjatuh,
dalam haru,
mengingat semua
tentangmu.
Kini engkau tertinggal dalam kenangan.
Abah Khozin tercinta,
Kini engkau tertinggal dalam kenangan.
Abah Khozin tercinta,
figur bapak kini telah tiada.
Hanya kenangan,
bercermin perjuangan,
tanpa pengharapan.
Kini di 100 tahun mu,
Kami lantunkan doa-doa terisak tangisan.
Semoga engkau disana,
tenang dan bahagia,
di sisi Sang Pencipta.
Di lembar emas hidup santri,
Kan kami tulis nama mu,
Hanya kenangan,
bercermin perjuangan,
tanpa pengharapan.
Kini di 100 tahun mu,
Kami lantunkan doa-doa terisak tangisan.
Semoga engkau disana,
tenang dan bahagia,
di sisi Sang Pencipta.
Di lembar emas hidup santri,
Kan kami tulis nama mu,
Abah Khozin.
Yang berasal dari
tanah
kembali rebah pada tanah.
kembali rebah pada tanah.
Lihatlah, hari telah gelap!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Hari pun lengkap
malam,
ketika menutup matanya.
ketika menutup matanya.
Maut,
hanya itu kita hadapi di akhir.
Bukan hanya engkau,
aku, kami, pun mereka.
Pecundang,
jagoan itu.
pahlawan juga pengecut
semuakan tiba,
Maut.
hanya itu kita hadapi di akhir.
Bukan hanya engkau,
aku, kami, pun mereka.
Pecundang,
jagoan itu.
pahlawan juga pengecut
semuakan tiba,
Maut.
seabad Abah Khozin.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.
11-12-2012
Sembego,
Djogdja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar